Jonatan Christie memaparkan bahwa final Piala Thomas 2024 yang digunakan dijalaninya sama-sama tim beregu putra Negara Indonesia berubah menjadi simulasi jelang pertandingan Olimpiade Paris 2024 . Menurutnya, segala situasi seperti tekanan dan juga persaingan yang digunakan ada sangat mirip seperti pada waktu mentas pada pesta olahraga terakbar dalam bumi itu.
Jonatan berubah jadi salah satu dari dua tunggal putra Indonesia yang mengamankan tiket ke Olimpiade Paris 2024. Dia akan ditemani oleh Anthony Sinisuka Ginting.
Jojo pada performa yang dimaksud sangat apik mendekati tampil di Paris 2024 ke mana ia tak terkalahkan di tiga pertandingan terakhir yang tersebut diikutinya, yakni All England 2024, Kejuaraan Badminton Asia 2024 dan juga Piala Thomas 2024. Dia mencatatkan 16 kemenangan beruntun pada kurun waktu tersebut.
Pada pekan lalu, pemain berusia 26 tahun itu pun tampil sangat cemerlang dalam Piala Thomas 2024. Dia membukukan 100 persen kemenangan lalu menjadi satu-satunya penyumbang poin untuk Skuad Garuda pada waktu kalah 1-3 dari China dalam partai puncak dengan menghajar Li Shi Feng pada partai ketiga dengan skor 21-16, 15-21 dan juga 21-17.
Jonatan mengakui bahwa Piala Thomas 2024 berubah menjadi salah satu kejuaraan besar yang dimaksud dijadikan simulai untuknya sebelum tampil ke Paris 2024. Kondisi di kejuaraan itu, tambahnya, sangat mirip dengan atmosfer Olimpiade di mana semua pemain mempunyai motivasi besar untuk menang dan juga dirinya juga punya tekanan yang besar di setiap pertandingan, di antaranya ketika berhadapan dengan Li Shi Feng pada final pada mana ia bermain di situasi Nusantara tertinggal 0-2 dari China.
“Pernah saya bilang ada beberapa kejuaraan besar yang digunakan saya jadikan simulasi untuk pertandingan Olimpiade. Karena saya tahu semua pemaim akan hadir, semua pemain akan mau menang, itu yang digunakan mirip membuatnya mirip dengan Olimpiade,” kata Jonatan terhadap awak media, di antaranya MNC Portal Indonesia, pada waktu ditemui pada Pelatnas PBSI, Cipayung, Jakarta.
“Saya berbicara itu kalau enggak salah mirip psikolog pribadi saya, terus sebanding Bang Aboy juga saya cerita. Jadi memang benar saya punya kayak beberapa kejuaraan yang digunakan saya rasa mau jadiin simulasi buat Olimpiade,” tambahnya.
“Makannya kemarin pas ke final (Piala Thomas), dengan situasi seperti itu, itu adalah simulasi yang digunakan paling bagus menurut saya, pada saat pressure ada, sewaktu harapan itu ada, pada saat semua rasanya bener-bener ada di dalam pundak saya lah istilahnya kayak gitu. Nah itu justrU malah latihan yang mana bagus untuk Olimpiade. Dan itu yang mana coba saya terapin sebelum masuk ke lapangan kemarin di final berperang melawan China,” tuturnya.
Sebelum mentas di Olimpiade Paris 2024 pada Juli mendatang, masih ada dua pertandingan lagi yang akan disertai oleh pemain ranking tiga globus itu. Yang pertama adalah Singapore Open 2024 pada 28 Mei hingga 2 Juni mendatang juga Negara Indonesia Open 2024 yang digunakan dihelat pada 4 hingga 9 Juni.
Artikel ini disadur dari Jonatan Christie: Final Piala Thomas 2024 Jadi Simulasi Jelang Olimpiade Paris 2024