JAKARTA – Jamu yang bermetamorfosis menjadi warisan budaya tak benda dari UNESCO terus memperlihatkan peran sebagai obat dengan materi alam yang digunakan bermanfaat untuk kesehatan.
Deputi Sektor Pengawasan Solusi Tradisional, Kosmetik kemudian Suplemen Kesehatan, Mohamad Kashuri mengutarakan bahwa bukti empiris dapat bermetamorfosis menjadi dasar klaim khasiat kategori jamu atau dapat bermetamorfosis menjadi salah satu data menyokong awal di pembuktian klaim pada kategori obat herbal terstandar kemudian fitofarmaka, selain bukti ilmiah sebagai data praklinik kemudian data klinik.
“Selama ini bukti empiris yang mana dimaksud berasal dari naskah klasik, farmakope, monografi, atau referensi ilmiah lain yang tersebut diakui. Pemahaman mengenai khasiat jejak empiris obat substansi alam Negara Indonesia diharapkan dapat menggalakkan semua pihak, baik pemerintah, akademisi, juga penduduk untuk mulai melakukan dokumentasi tumbuhan obat atau ramuan obat dengan cara yang tepat, sehingga dapat bermetamorfosis menjadi modal ditemukannya obat unsur alam baru yang mana bermanfaat juga bernilai ekonomi,” kata Mohamad Kashuri dalam Aula Bhineka Tunggal Ika, Gedung Badan POM, Hari Jumat (31/5/2024).
Pada peringatan serius Hari Jamu Nasional ke-16 pada 27 Mei 2024 yang dimaksud diselenggarakan Badan POM, jamu mengukuhkan sebagai bagian dari kesehatan masyarakat.
Lewat tema “Sehatkan Negeri Bersama Jamu,” bervariasi rangkaian kegiatan mengejutkan dilaksanakan, seperti FGD, talkshow, webinar hingga business matching yang dimaksud mendiskusikan sisi hilir pengembangan obat komponen alam.
Sebagai penutup kegiatan Pekan Jamu, dilaksanakan FGD “Jejak Empiris Jalan keluar Bahan Alam Menuju Barang Bermutu” yang menitikberatkan pengembangan dari sisi hulu dengan mempertimbangkan jamu dari sisi sumber unsur baku flora obat, sehingga dapat ditelusuri, dicatat kemudian didokumentasikan sebagai data empiris vegetasi obat atau penyembuhan tradisional.
Deputi Sektor Kesepahaman Pembaruan Mutu Aspek Kesehatan kemudian Pembangunan Kependudukan, Kemenko Lingkup PMK, Budiono Subambang mengapresiasi Badan POM menghadapi kegiatan Pekan Jamu serta diharapkan berubah menjadi kesempatan di melestarikan kemudian mengembangkan budaya jamu Indonesia.
Pada kesempatan ini juga dibahas mengenai Pemikiran pembuktian empiris sebagai jaminan keamanan serta khasiat Jamu, Pemanfaatan data Ristoja pada pembuktian empiris Jamu juga Kegunaan dokumentasi kekayaan kearifan lokal lalu cara mendokumentasikan yang digunakan baik yang mana disampaikan oleh dr. Noor Wijayahadi MKes, PhD, apt. Rohmat Mujahid, S.Si, MSc dan juga Dr. Djoko Santosa, M.Si. Selain itu, disampaikan mengenai Peran Badan POM di mendampingi obat material alam pada daerahnya menjadi komoditas bermutu yang tersebut diwakili oleh Kepala Balai Besar POM pada Pontianak dan juga Kepala Balai POM pada Jambi.
“Melalui kegiatan hari ini, semoga pemahaman pemerintah, akademisi, pelaku usaha, kemudian praktisi kebugaran dan juga masyarakat mengenai pentingnya data empiris di pengembangan obat materi alam, dapat bermetamorfosis menjadi trigger bagi semua pihak untuk memulai pengumpulan data empiris obat materi alam bagi perkembangan obat materi alam menuju produk-produk bermutu,” ujar Budiono Subambang.
Artikel ini disadur dari Jadi Warisan Tak Benda UNESCO, Jamu Buktikan Jejak Empiris Obat Bahan Alami yang Bermutu