JAKARTA – Jenderal TNI Agus Subiyanto merupakan sosok yang tersebut tiada asing lagi ke masyarakat khususnya di kalangan pada militer. Bagaimana tidak, ketika ini beliau menduduki jabatan tertinggi di dalam institusi TNI sebagai Panglima TNI yang mana mengatur banyak ribu tentara.
Sebelum menduduki puncak karier dari manusia prajurit Sapta Marga, Jenderal TNI kelahiran Cimahi, Bandung, Jawa Barat pada 5 Agustus 1967 ini sudah melintasi bervariasi tempaan dan juga latihan yang sangat keras. Tidak semata-mata itu, Agus Subiyanto juga tentara yang digunakan kenyang dengan pengalaman tempur di medan operasi.
Salah satunya Operasi Seroja ke Timor Timur (Timtim) yang mana sekarang bernama Timor Leste. Di provinsi yang tersebut berada dalam Timur Nusantara tersebut, abituren Akademi Militer (Akmil) 1991 dari satuan Kopassus ini menyabung nyawa ketika ditugaskan untuk menangkap seseorang tokoh Fretilin.
Dikutip dari buku berjudul “Believe” diceritakan bagaimana perjuangan Jenderal TNI Agus Subianto ketika menyergap lalu melumpuhkan salah satu tokoh kelompok bersenjata yang tersebut berhaluan komunis tersebut.
Sebelum diterjunkan ke medan operasi, Agus Subianto yang dimaksud ketika itu baru cuma lulus Akmil kemudian berada dalam mengikuti pelatihan pada Pusat Kesenjataan Infanteri (Pussenif) Bandung terlebih dahulu digembleng oleh Komandan Batalyon Lintas Udara Bebas 328 Letkol Infanteri Prabowo Subianto yang dimaksud pada saat ini berubah menjadi presiden terpilih.
Di Markas Batalyon 328 Cilodong, Agus Subiyanto menjalani pelatihan Syiwa Yudha yang tersebut cukup keras lalu menguras tenaga selama sembilan bulan lamanya. Dari Markas Batalyon 328, Agus Subiyanto kemudian dibawa ke Bukit Hambalang, Bogor untuk mengikuti latihan ilmu medan selama 10 hari.
Di sana, Agus Subiyanto ditempa bermetamorfosis menjadi pasukan pemburu. Sebab untuk menghadapi kelompok bersenjata Fretilin yang mana sejumlah tinggal ke hutan belantara taktik terbaik adalah gerilya. Pembinaan kemudian pembekalan itu yang digunakan mendasari Letkol Inf. Prabowo Subianto membentuk pasukan dengan sandi Rajawali.
“Sebagai tentara gerilya, aku diajarkan untuk bisa saja bersembunyi dalam mana pun, dapat dengan cepat berpindah-pindah, menyerang sekonyong-konyong tak lama kemudian menghilang, melakukan pergerakan senyap,” tuturnya, Kamis (23/5/2024).
Artikel ini disadur dari Cerita Panglima TNI Mengintai selama 7 Hari di Hutan saat Lumpuhkan Tokoh Fretilin